RUMAH TUHAN STANDARNYA MATERI ATAU ALLAH?
Ajaran hikmat mengajak kita untuk menempatkan diri pada
posisi yang tepat di hadapan Allah, pencipta dan pemilik alam semesta ini. Kita
hanyalah ciptaan-Nya yang terbatas dan fana. Oleh karena itu, penting sekali
kita mengakui bahwa sumber hikmat hanya pada Allah dan upaya menambahinya
adalah sikap arogan manusia yang hanya menghancurkan diri sendiri (ay. 5-6, 13). Karena sikap seperti itulah yang membuat kita bisa memaklumi
dua permintaan Agur agar dijauhkan dari sumber-sumber godaan untuk menyangkali
Tuhan. Biasanya kita cepat mengiyakan bahwa kekayaan yang berlebihan adalah
godaan untuk melupakan Tuhan, bahkan mempertuhankan kekayaan. Namun, mengapa
kemiskinan pun memiliki potensi yang sama untuk merusak hubungan kita dengan
Tuhan? Karena pada dasarnya mengukur hidup ini dengan kaya atau miskin adalah
mengenakan standar materi, bukan standar Tuhan. Saat kita, karena miskin merasa
lebih rohani dari orang lain (kaya), bukankah kita sedang mengukur kerohanian
kita dengan ukuran materi? Sebaliknya hidup bergantung penuh pada Tuhan,
bersyukur untuk anugerah-Nya yang senantiasa cukup adalah sikap orang
berhikmat. Dampak sikap hidup yang benar di hadapan Tuhan akan berwujud nyata
dalam sikap hidup kita terhadap orang lain (ay. 11-14).
Renungkan
1. Darimanakah kita memperoleh hikmat?
1. Darimanakah kita memperoleh hikmat?
2. Apakah
yang seharusnya menjadi standar dalam kehidupan kita?
Standar manakah yang Anda gunakan dalam kehidupan Anda? Standar Allah atau standar manusia?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar